Behel
itu semacam kawat yang dirangkai khusus buat gigi manusia dan dikemas secara
apik,penuh kreasi. Kalo ngomongin behel,kayaknya bukan bakatku dan bukan aku
banget deh. Selain karena aku bukan dokter behel,aku juga bukan anak dokter
pembehel.
Aku
punya sahabat yang satu prodi sama aku,judulnya Eky Olivia. Nama gaulnya
“Behel”. Selain karena dia pake behel di giginya (yaiyalah masak mau pake behel
di jidat?), Eky adalah orang yang paling pamer diantara mahasiswa dan mahasiswi
seangkatanku yang pake behel. Setiap foto,dia nggak pernah mau menutup
mulutnya. Selalu nongolin gigi,selalu mamerin behel. Nah,makanya aku panggil
dia “Behel”.
Pada
tulisan ini,aku akan mengulas banyak hal yang berhasil aku curi dari kebiasaannya
Eky sehari-hari di kampus. Ada beberapa hal yang bakal bikin kamu (yang ikhlas
baca),merasa kagum. Tapi,aka nada juga yang bakal bikin kamu ilfil,kasihan,dan
terharu. Selengkapnya,baca aja terus sampe kelopak mata kamu berubah warna jadi
agak kecoklatan.
Eky
ini suaranya bagus banget. Cenderung,kalo suruh milih suara dia atau suara
tokek,aku nyoblos Eky deh. Nggak nggak,serius. Suaranya Eky bener-bener bagus
kok. Diantara suara-suara bagus temen seangkatanku,termasuk aku,bagi telinga
dan seleraku sih suara Eky juaranya deretan terdahsyat satunya.
Ohya,sebelumnya,mau ada yang aku infoin nih. Eky ini bukan sodara kandungnya
Chelsea Olivia lho! Barusan sadar, kalo di belakang nama mereka sama-sama ada
Olivianya. Sekali lagi,Eky sama sekali nggak ada hubungan darah sama Chelsea
Olivia.Okay!
“Mon,vokal
dapet nilai apa?” Eky biasa manggil aku Mon. Dan aku manggil dia Nyet.
Waktu
itu kami lagi duduk-duduk di ruang piano sambil nungguin mata kuliah jam 1
siang.
“B.
Kenapa? Kamu apaan?” Tanyaku balik.
“Aku
manusia.” Kata Eky mringis.
“??”
Masih mikir bentar.
“Iya
juga yadia jawab manusia. Lah aku tadi nanyanya dia apaan. Oh,yayayaya.” Kataku
dalam temennya pankreas (hati).
“Maksudku,kamu
dapet nilai apaan?”
“A
dong.: Eky lebih mringis dari sebelumnya. Padahal akhiran kalimatnya dia
daritadi A semua lho.
“Nggak
usah mringis deh!”
Suatu
siang,aku sama Eky lagi makan di kantin kampus. Kantin itu menjajakan kepada
para mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni dengan sajian prasmanan. Waktu
itu,nggak cuma sama Eky doang, ketiga temen kami yang berbeda-beda spesiesnya
pada ikut. Mereka adalah Ratry (spesies cewek medok dari Cilacap),Deby (spesies
cewek gendut agak chinesse dari Tegal), dan Reni (spesies cewek bongsor
bersuara super enak dari Blora). Aku ngambil nasi,sop,kepala ayam fried chicken
dan sambal tomat setengah sendok makan. Eky sama persis kayak aku. Si trio
macan pada ngambil menu yang beda-beda. Males nyebutinnya.
Makan
kepala ayam,adalah sebuah prosesi yang sangat membutuhkan pengorbanan. Terutama
peran gigi sangat banyak sumbangsih dalam hal ini. Selain berkorban gigi, juga
harus ngerelain masalah lubang pada gigi sebagai tumbal. Kebetulan aku punya
gangguan gigi berlubang. Tapi aku selalu senang makan kepala ayam yang rumit
dimakan sebetulnya. Nggak masalah,dengan seringnya aku berkorban dalam hal
makan kepala ayam,aku jadi bias belajar berkorban dalam hidup ini.
Sudah
aku tebak. Eky ngedumel terus ketika makanin lauk ekstrim itu.
“Mon,ini
gimana aku makannya?” Katanya.
“Makan
tinggal makan kali Nyet.” Kataku.
“Lagian,kenapa
milih kepala ayam sih tadi Kik?” Saut si Ratry.
“Yang
murah ya Kik?” Deby menambahkan aspirasinya.
Si
Reni cuma nimbrung ketawa.
“Enak
banget hah!” Kataku sebagai wujud rasa puas karena aku berhasil
menulang-belulangin tu pala ayam.
Aku
ngelihat piringnya si Eky. Masih ada sebujur kepala ayam yang tiduran lemas
disana. Kasian banget pasti dia lagi terpukul banget dicuekin si Eky.
“Nyet,kok
nggak dihabisin sih palanya? Kasian tauk!” Kataku prihatin.
“Biarin.”
Kali ini mringisnya si Eky jauh lebih mringis dari Omaswati.
“Pamer
banget sih! Dasar Behel!!!”
Selesai
makan,aku ngelihat di kaca,pinjem si Reni. Tadinya aku merasakan sakit di
gigiku yang tiada tara. Setelah aku piker-pikir,pasti ini pertarungan antara
daging tipis dari pala ayam tadi sama gigi berlubangku. Aku lihat dari kaca
itu,jelas banget gigiku yang berlubang. Gila, canggih bener tu kaca.
“Hadeh,bolongkuuuuuu
sakit banget!” Aku agak meringis.
“Kenapa
Yan?” Ratry kepo.
“Gigi
bolongku nih,sakit banget.Huhuhuhu.”
“Dasar
gigi bolong!Hahahaha.” Eky ngeledek.
“Behel,nggak
usah sombong deh!”
Asli,kalo
lagi gangguan,emang sakit banget punya cacat gigi berlubang. Kelar makan,kami
berempat bergegas ke ruang kuliah jam 9 hari rabu. Waktu itu kami mau kuliah
bahasa inggris.
“Ah,ketemu
bapaknya Behel nih sebentar lagi.” Kataku.
“Haha.”
Si Reni lagi-lagi Cuma iuran ketawa doang.
“Eh,ada
PR nggak nih?” Deby nanya.
Deby
adalah satu diantara kami berempat yang paling panikan kalau mau kuliah bahasa
inggris. Nggak tau apa karena dia takut sama dosen yang sebetulnya nggak layak
dibilang nakutin,atau apa karena dia nggak ngerti nyusun kalimat berbahasa
arab,eh,inggris.
“Nggak
tau.” Kata Ratry.
“Anggep
aja nggak ada.” Kataku sepele.
Nah,
berlawanan sama Deby, kalo aku ini adalah satu diantara keempat temen-temenku
itu yang paling nyepelein mata kuliah yang satu ini. Karena apa ya? Nggak tau
juga sih. Kalo gerbang utamanya aku tau.
Kuliah
bahasa inggris rampung. Bête berakhir sudah.
“Panas
banget sih jam segini.Huh!” Reni
ngedumel setelah langkah pertamanya keluar dari ruangan kuliah bahasa inggris
tadi.
“Beli
jus enak nih.” Si Behel usul.
Ide
yang kece juga tuh. Akhirnya mas-mas tukang jus di depan MI Sekaran, menjadi
pilihan kami untuk beli jus. Selamat yam as karena udah terpilih. Sesampainya
di stage,eksekusipun dimulai. Aku dan keempat temen-temenku yang sok kece mulai
ngedeketin target. Kami memandang penuh ketegasan.
“Mas,jus
stroberi!” Eky duluan menyerang.
“Alpukat
mas!” Aku menyusul.
“Mangga
mas!” Ratry nggak mau ketinggalan jejak.
Begitu
juga dengan Reni dan Deby yang sebentar saling berdiskusi,akhirnya menyerang
terakhiran.
“Sama
mas, mangga!”
Mas
tukang jus itu mendadak mukanya membiru. Rada abu-abu sih. Sepertinya, dia
takut sama kita-kita. Ketakutan karena dia piker kita berlima ini adalah petugas
Satuan Polisi Pamong Praja yang bakalan ngegusur lahan sempitnya berjualan
gerobak jus.
Done!
Kami menikmati segelas jus yang masing-masing udah di tangan.
“Alamak,enak
banget!” Aku mengucap puji syukur karena siang itu aku masih diperkenankan oleh
Allah SWT untuk menyerutup avocado juice yang rasanya meng-angkasa.
Kentel,seger dan maniiiiis banget.
Aku
suka banget sama jus alpukat. Sejak SMP kelas VII,aku resmi ngejadiin jus
alpukat/alpokat terserah deh,sebagai list minuman favoritku di biodata yang aku
tulis di lembaran-lembaran binder temen-temenku. Waktu masih SMP doang aku
kayak gitu. Sekolah Masa Peng-alay-an.
“Apukat
itu bikin berat badan kamu naik dengan cepet banget lho Yan!” Kata Reni.
“Iya
Yan,tadi kan habis makan nasi juga. Masak karbo lagi?” Ratry ikut-ikutan.
“Emang
jus alpukat karbo Rat?” Kataku dalam batin.
Bagiku,
jus alpukat itu adalah kenikmatan tak tertandingi. Yang aku tau,buah
alpukat,atau yang nama latinnya Persea Americana ini banyak banget kandungan
ilmiahnya kalo udah dikemas dalam jus. Nih,diantara adalah sebagai berikut!
1.
Jus
alpukat mengandung 70 % air, 20% lemak, sisanya adalah mineral. Ingat,mineral!
Bukan min yang lain!
2.
Bagus untuk golongan darah A karena bisa
banget mendorong suasana basa (lawannya asam)
dalam tubuh yang bergolongan darah tersebut.
3.
Mengandung
lemak jenuh. So, jika mengonsumsi , jangan khawatir kalo bakalan naikin berat
badan. Tapi,jangan kira,bias naikin popularitas juga!
4.
Mencegah
terjadinya penyakit jantung,kanker,stroke dan darah tinggi. Ini bisa membantu
agar jantung sehat. Untuk yang jiwanya kurang sehat dan agak soak,bias juga nih
buat ngobatin.
5.
Dianjurkan
untuk penderita diabetes, karena kandungan karbo dan gula termasuk sedikit
tetap banyak mengandung selulosa. Wah,ternyata Ratry bener juga deh.Hehehehe
6.
Menghaluskan
kulit bagi kaum wanita. Karena ada campuran vitamin A dan vitamin E. Yang pasti
nggak bakalan menghaluskan makhluk halus.
7.
Mengandng
zat besi yang berguna untuk meregenerasi sel darah merah. Sel darah ayam nggak
lho!
“Minta
dong Mon!” Eky ngerayu aku.
“Ah,nggak
boleh!”
“Pelit
banget sih?”
“Tapi
barter ya?”
“Iya
deh oke.”
“Et,system
barternya,seteguk jus alpukatku dibayar sama setengah gelas jus stroberimu.”
“Hahahahaha.”
Trio macan a.k.a Ratry Deby Reni ketawa kompakan.
Behel adalah anak orang yang
tergolong masih lugu banget dan juga nggak bias marah. Menurutku, sih. Tiap
hari tiap saat kalo aku lagi sama dia,mau itu di kampus,di kosnya dia,atau
dimana aja deh pokoknya yang aku sama dia,aku selalu menyempatkan diri untuk
menyiksa dia. Dengan kedua tanganku sendiri,aku ngelakuin penyiksaan demi
penyiksaan ke Eky. Nggak cukup pake tangan, aku juga memakai mulutku sendiri
untuk menyiksa dia. Eits! Tunggu dulu. Maksudnya pake mulut itu sama dengan
pake kata-kata atau kalimat lho! Tapi,suatu ketika aku merasa ditampar banget
sama kalimat yang terlontar jujur dari mulutnya si Behel. Waktu itu aku lagi
becandain dia.
“Eh Behel bolong,kamu kok nggak
pernah protes sih kalo aku siksa?”
Dia senyum tipis,lalu ketawa
sebentar.
“Heh,dijawab kalik! Nggak nyengir
gitu?”
Waktu itu,kami lagi pada posisi
duduk di atas kasur kamar kosnya Eky,bersila saling berhadapan. Tiba-tiba aja
Eky meluk aku. Agak hening suasana saat itu. Saking heningnya, suara desah
nafas aja nggak kedengeran. Kurang lebih acara berpelukan itu berlangsung
selama 10 detik. 10 detik lama nggak sih kira-kira? Ya begitu deh pokoknya.
“Karena aku nggak mau bikin
sahabatku sedih.” Kata Eky sambil ngelepasin pelukan super mesra itu. Jujur,
aku terenyuh banget denger dia secara live ngomong kayak gitu.
Sebenernya, agak melankolis dan agak
gimana gitu. Soalnya,niatanku kan cuma bercanda. Tapi, aku bias memahami kenapa
dia ngomong gitu kok. Harus aku akuin, sahabatku yang hobi kentut sembarangan
ini,adalah sahabat yang sama sekali nggak pernah komplen sama aku. Bahkan,dia
itu seakan-akan ngalah banget sama apa aja yang aku perbuat ke dia. Dia adalah
sahabat yang selalu ada disisiku mau waktu aku lagi cantik,jelek,good mood,bad
mood,sampe waktu aku lagi terbakar amarah dia selalu ada buat aku. Itu tuh yang
bikin dia sama kayak jus alpukat. Sama-sama selalu langsung bikin “Cesss” di
hatiku.
Aku agak salting dan bingung mau
nanggepin Eky. Pada akhirnya aku lariin ke becandaan lagi aja.
“Ciyee. Macaciiih?” kataku dengan
muka berwarna warni.
“Yuhuu.’ Kata Eky,lalu dia berdiri.
“E eh,mau kemana?’
“Beol.”
“Yaaah, ngerusak suasana so sweet aja sih beheeeeeel. Dasar tukang
beol!”
Ditinggal Eky beol, aku kepikiran
lagi kalimat so sweet dia tadi. Aku ngerasa ditampar. Karena apa? Karena Eky
selalu nggak melawan sama siksaan yang bertubi-tubi aku luncurkan ke diri dia.
Yaaa,kembali aku ingatkan,semua siksaanku sifat dan takarannya adalah
becandaan.
Suatu hari,malem-malem,kebetulan aku
belum pulang dan masih di sekitar kampus. Gentayangan gitu deh. Aku ngajakin
Eky cari makan sebelum jam 7 aku ada latihan vocal di kampus. Sebelumnya,aku
sama Eky udah janjian via SMS.
“Behel,nanti habis maghriban aku ke
kosmu ya? Ini aku lagi di kos Mbak Danis.”
“Oke,sebelum jam setengah 7 ya?”
Kata Eky.
“Yuhuuu J.”
Habis solat maghrib,aku langsung cus
ke kos Eky. Sampe. Aku langsung naik (kamar Eky terletak di loteng). Sampe
lokasi, si Eky,eh lebih enak panggil si Behel,masih ngebersihin mukanya pake
suatu cairan. Habis itu dia dandan. Tapi, aku perhatiin selama dia dandan sampe
pada akhirnya kelar,nggak ada bedanya tuh muka dia.
“Ini mau makan dimana Mon?” Kata dia
agak aneh mukanya.
Aku lihat-lihat, dia kayak lagi bingung,lagi
galau gitu deh.
“Dimana aja deh, nanti gampang.
Udah dandannya?”
“Udah.”
“Perasaan,nggak tambah cantik
sih?”
“Huu biarin.”
Kita berdua turun dari loteng,
sampe di depan kos,pas mau ambil motor,aku lihat ada cowok yang mukanya aku
kenal kayaknya. Ternyata itu si Firman. Aku langsung diem ngelihat dia
ngejogrok di atas motornya sambil makan somay. Dan,aku males.
“Oh,kamu mau bareng Firman ya?”
kataku ke Eky.
“Mau rapat sih Mon nanti jam 7.
Tapi…”
“Yaudah,nggak papa Nyet.”
“Aduh,bentar deh aku bingung.”
“Udah,nggak papa aku sendiri
aja.”
“Ya enggak,aku temenin kamu dulu
makan.”
“Nggak usah. Lagian,udah mau jam
7.”
“Tapi kan Mon…”
“Duluan ya Kik!”
Aku pergi dari situ. Kejawab juga
perasaanku ngelihat mukanya si Eky kayak kebingungan tadi. Oh ya,kalo aku lagi
bete, lagi males,dan kurang suka sama yang Eky lakuin,biasanya aku manggil dia
‘Kik”. Aku adalah orang yang paling nggak suka kalo udah janjian sama
temen,tapi tiba-tiba aja janjiannya batal gara-gara dia yang nyebabin kebatalan
itu. Sempet mau kebawa emosi juga aku waktu itu. Soalnya,aku nggak suka sama si
Firman. Dia itu cowok yang paling bikin aku ilfil. Nggak dari cara dia
ngomong,bertingkah,semuanya deh bikin enek buat aku. Maap maap deh Fir. Jujur,
keadaan perutku waktu itu lagi laper tingkat kabupaten kota madya. Laper yang
udah melilit banget lah pokoknya. Dan cuma Eky yang malem itu aku tunggu-tunggu
buat nemenin makan. Mbak Danis,Gembel,Mbot,Lepet, kebetulan lagi pada pergi
juga. Mateng deh perutku! Kemudian,daripada kebawa mood yang jelek nanti pas
latihan vocal,aku mutusin untuk bolos,dan pulang aja. Satu hal yang aku
kecewain. “Kenapa sih Nyet,kamu nggak bilang aja sebelumnya,kalo kamu juga udah
janjian sama cowok yang so annoying itu.
Kejadian malem itu,ngebuat aku
jadi setengah marah sama Eky. Dia SMS aku,tapi nggak aku bales saat itu juga karena
masih jengkelnya aku setelah ngegrepe dia akhirnya jalan sama tu cowok. Tapi,
aku piker, yaudahlah. Mau yang salah siapa juga udah kejadian. Dan semenjak
saat itu,aku juga kecewa dengan persahabatan kami. Huhuhuhu. Walaupun,
persahabatan kami masih berumur seumuran sama jagung unyil, tapi aku kecewa
banget. Setidaknya, kalo Eky punya etiket baik sama persahabatannya, dia bakal
lebih milih nahan aku buat sebisa mungkin nggak pergi sendirian,dan perginya
sama dia dong. Apa gitu kek. Ngehadang aku waktu aku udah naik motor gitu
(kayak FTV), atau minimal dia nunjukin muka melas biar ngebuat aku terenyuh.
Sayangnya,mungkin karena terlalu polosnya dia,dia cuma diem dan confusion sama
dirinya sendiri gitu.
Sehari setelah kejadian itu, aku
ketemu Eky di mata kuliah keroncong,jam 1 siang. Dia bersikap seperti
biasanya,seolah nggak menganggap kalo kejadian semalem adalah beban bagi dia
untuk bersikap wajar sama aku.
“Mon?” dia ngedeketin duduknya ke
dudukku (ribet amat kalimatnya).
Mukaku flat. Bahkan aku nggak
ngelihat dia sama sekali (agak acting). Aku ini orangnya nggak bias lama-lama
dieman,apalagi marahan sama orang lain. Apalagi ini ngehadapin sahabatku.
Sahabat yang rada oon. Oon karena mau-maunya tiap hari aku siksa.
“Maaf ya? Aku minta maaf nih.”
Kata dia sok imut.
“Kik,nanti malem jadi turun?”
lagi-lagi Firman nongol diantara aku dan Eky.
“Jadi. Jam 7 kamu ke kosku ya?”
“Yoman.” Kata tu cowok.
“Sok cakep banget sih lo!” kataku
dalam hati.
“Mon,maafin aku ya?”
“Hmm.” Aku berdeham sekali.
“Hi,jangan gitu dong. Eh,beli jus
alpukat yuk habis ini? Denger-denger Pak Kempling (dosen keroncong) kosong
nih.”
“Aduuuuh,kenapa bawa-bawa jus
alpukat sih si Behel? Kalo gini caranya gimana aku tahan godaan nih!” aku
berbisik-bisik tetangga dalam hati.
“Kamu tu tau nggak sih kalo aku
lagi ngambek sama kamu?” Kataku ke Eky.
‘Tau kok.”
“Terus?”
“Terus,aku kan udah minta maaf?
Yuk,sekarang aja?”
“Yuk kemana?”
“Beli jus lumut.”
“Ha?”
“Jus yang paling kamu cintai
Monyet.”
Kalo udah urusan jus alpukat,aku
seketika bias lupa sama kengambekan. Apalagi kalo jus alpukat gratisan.
Akhirnya, si Behel berhasil nyantolin maaf di hatiku. Akupun bias dengan mudah
maafin dia. Bukan karena jus alpukat juga sih. Tapi,karena rasanya kejadian
yang lalu itu adalah kejadian labil aja. Aku terlalu kayak anak kecil kalo aku
ngambek sama sahabatku gara-gara sepele gitu doang.
Aku dan Eky minum jus alpukat
dengan porsi yang sama,pembikin yang sama,dan warna sama komposisi yang sama
juga, tapi ada satu yang beda. Karena dia berbehel, jus alpukat punya dia jadi
agak kesulitan masuk ke mulut,kalo aku bebas hambatan.
“Nanti malem mau kemana ik?
(logat Semarangan).”
“Mau control behel Mon.Hehehe.”
“Oh,control behel bolong ya?”
“Enak aja,behel cantik.”
“Hoek!’ seketika aku ngejambakin
rambutnya Eky. Penyiksaan dimulai lagi.
“Eh,lama banget sih
minumnya?”Kataku protes.
“Suka-suka aku dong!”
“Jadi kepengen lagi nih akunya.”
“Yaudah,ini buat kamu aja ya?”
“Buat aku?”
“Yaaa.”
“Enak aja aku minum bekas gigi
behel bolong. Nehi!”
“Oh gitu, Fine! tau cukup deh
ya!”
“Cukup tau!”
“Ya,itu maksudnya.”
Kami berdua ketawa-tawa asik
banget di stand tukang jus yang masih muda belia itu. Waktu itu,pembeli cukup
rame. Dan keramaian itu nggak ngebikin aku sama Eky malu buat ketawa
selepas-lepasnya. Eky kalo ketawa ngeri. Nadanya tinggi banget, volumenya juga
nggak tanggung-tanggung. Dan,mangapnya,mangapnya Eky kalo lagi ketawa bias
dimasukin gelas bekas bungkus jusnya deh.
“Permisi Mbak.” Rombongan 3
laki-laki mirip pengamen numpang permisi di depanku dan Eky.
“Disaat kita bersama,diwaktu kita
tertawa menangis merenung oleh cinta…” Ternyata mereka beneran pengamen. Dan,
selain pengamen, mereka juga pengamen yang memahami suasana banget. Jadi,mereka
adalah pengamen yang so sweet.