Rabu, 08 Agustus 2012

Behel Bolong dan Jus Alpukat



Behel itu semacam kawat yang dirangkai khusus buat gigi manusia dan dikemas secara apik,penuh kreasi. Kalo ngomongin behel,kayaknya bukan bakatku dan bukan aku banget deh. Selain karena aku bukan dokter behel,aku juga bukan anak dokter pembehel.
Aku punya sahabat yang satu prodi sama aku,judulnya Eky Olivia. Nama gaulnya “Behel”. Selain karena dia pake behel di giginya (yaiyalah masak mau pake behel di jidat?), Eky adalah orang yang paling pamer diantara mahasiswa dan mahasiswi seangkatanku yang pake behel. Setiap foto,dia nggak pernah mau menutup mulutnya. Selalu nongolin gigi,selalu mamerin behel. Nah,makanya aku panggil dia “Behel”.
Pada tulisan ini,aku akan mengulas banyak hal yang berhasil aku curi dari kebiasaannya Eky sehari-hari di kampus. Ada beberapa hal yang bakal bikin kamu (yang ikhlas baca),merasa kagum. Tapi,aka nada juga yang bakal bikin kamu ilfil,kasihan,dan terharu. Selengkapnya,baca aja terus sampe kelopak mata kamu berubah warna jadi agak kecoklatan.
Eky ini suaranya bagus banget. Cenderung,kalo suruh milih suara dia atau suara tokek,aku nyoblos Eky deh. Nggak nggak,serius. Suaranya Eky bener-bener bagus kok. Diantara suara-suara bagus temen seangkatanku,termasuk aku,bagi telinga dan seleraku sih suara Eky juaranya deretan terdahsyat satunya. Ohya,sebelumnya,mau ada yang aku infoin nih. Eky ini bukan sodara kandungnya Chelsea Olivia lho! Barusan sadar, kalo di belakang nama mereka sama-sama ada Olivianya. Sekali lagi,Eky sama sekali nggak ada hubungan darah sama Chelsea Olivia.Okay!
“Mon,vokal dapet nilai apa?” Eky biasa manggil aku Mon. Dan aku manggil dia Nyet.
Waktu itu kami lagi duduk-duduk di ruang piano sambil nungguin mata kuliah jam 1 siang.
“B. Kenapa? Kamu apaan?” Tanyaku balik.
“Aku manusia.” Kata Eky mringis.
“??” Masih mikir bentar.
“Iya juga yadia jawab manusia. Lah aku tadi nanyanya dia apaan. Oh,yayayaya.” Kataku dalam temennya pankreas (hati).
“Maksudku,kamu dapet nilai apaan?”
“A dong.: Eky lebih mringis dari sebelumnya. Padahal akhiran kalimatnya dia daritadi A semua lho.
“Nggak usah mringis deh!”
Suatu siang,aku sama Eky lagi makan di kantin kampus. Kantin itu menjajakan kepada para mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni dengan sajian prasmanan. Waktu itu,nggak cuma sama Eky doang, ketiga temen kami yang berbeda-beda spesiesnya pada ikut. Mereka adalah Ratry (spesies cewek medok dari Cilacap),Deby (spesies cewek gendut agak chinesse dari Tegal), dan Reni (spesies cewek bongsor bersuara super enak dari Blora). Aku ngambil nasi,sop,kepala ayam fried chicken dan sambal tomat setengah sendok makan. Eky sama persis kayak aku. Si trio macan pada ngambil menu yang beda-beda. Males nyebutinnya.
Makan kepala ayam,adalah sebuah prosesi yang sangat membutuhkan pengorbanan. Terutama peran gigi sangat banyak sumbangsih dalam hal ini. Selain berkorban gigi, juga harus ngerelain masalah lubang pada gigi sebagai tumbal. Kebetulan aku punya gangguan gigi berlubang. Tapi aku selalu senang makan kepala ayam yang rumit dimakan sebetulnya. Nggak masalah,dengan seringnya aku berkorban dalam hal makan kepala ayam,aku jadi bias belajar berkorban dalam hidup ini.
Sudah aku tebak. Eky ngedumel terus ketika makanin lauk ekstrim itu.
“Mon,ini gimana aku makannya?” Katanya.
“Makan tinggal makan kali Nyet.” Kataku.
“Lagian,kenapa milih kepala ayam sih tadi Kik?” Saut si Ratry.
“Yang murah ya Kik?” Deby menambahkan aspirasinya.
Si Reni cuma nimbrung ketawa.
“Enak banget hah!” Kataku sebagai wujud rasa puas karena aku berhasil menulang-belulangin tu pala ayam.
Aku ngelihat piringnya si Eky. Masih ada sebujur kepala ayam yang tiduran lemas disana. Kasian banget pasti dia lagi terpukul banget dicuekin si Eky.
“Nyet,kok nggak dihabisin sih palanya? Kasian tauk!” Kataku prihatin.
“Biarin.” Kali ini mringisnya si Eky jauh lebih mringis dari Omaswati.
“Pamer banget sih! Dasar Behel!!!”
Selesai makan,aku ngelihat di kaca,pinjem si Reni. Tadinya aku merasakan sakit di gigiku yang tiada tara. Setelah aku piker-pikir,pasti ini pertarungan antara daging tipis dari pala ayam tadi sama gigi berlubangku. Aku lihat dari kaca itu,jelas banget gigiku yang berlubang. Gila, canggih bener tu kaca.
“Hadeh,bolongkuuuuuu sakit banget!” Aku agak meringis.
“Kenapa Yan?” Ratry kepo.
“Gigi bolongku nih,sakit banget.Huhuhuhu.”
“Dasar gigi bolong!Hahahaha.” Eky ngeledek.
“Behel,nggak usah sombong deh!”
Asli,kalo lagi gangguan,emang sakit banget punya cacat gigi berlubang. Kelar makan,kami berempat bergegas ke ruang kuliah jam 9 hari rabu. Waktu itu kami mau kuliah bahasa inggris.
“Ah,ketemu bapaknya Behel nih sebentar lagi.” Kataku.
“Haha.” Si Reni lagi-lagi Cuma iuran ketawa doang.
“Eh,ada PR nggak nih?” Deby nanya.
Deby adalah satu diantara kami berempat yang paling panikan kalau mau kuliah bahasa inggris. Nggak tau apa karena dia takut sama dosen yang sebetulnya nggak layak dibilang nakutin,atau apa karena dia nggak ngerti nyusun kalimat berbahasa arab,eh,inggris.
“Nggak tau.” Kata Ratry.
“Anggep aja nggak ada.” Kataku sepele.
Nah, berlawanan sama Deby, kalo aku ini adalah satu diantara keempat temen-temenku itu yang paling nyepelein mata kuliah yang satu ini. Karena apa ya? Nggak tau juga sih. Kalo gerbang utamanya aku tau.
Kuliah bahasa inggris rampung. BĂȘte berakhir sudah.
“Panas banget sih jam segini.Huh!”  Reni ngedumel setelah langkah pertamanya keluar dari ruangan kuliah bahasa inggris tadi.
“Beli jus enak nih.” Si Behel usul.
Ide yang kece juga tuh. Akhirnya mas-mas tukang jus di depan MI Sekaran, menjadi pilihan kami untuk beli jus. Selamat yam as karena udah terpilih. Sesampainya di stage,eksekusipun dimulai. Aku dan keempat temen-temenku yang sok kece mulai ngedeketin target. Kami memandang penuh ketegasan.
“Mas,jus stroberi!” Eky duluan menyerang.
“Alpukat mas!” Aku menyusul.
“Mangga mas!” Ratry nggak mau ketinggalan jejak.
Begitu juga dengan Reni dan Deby yang sebentar saling berdiskusi,akhirnya menyerang terakhiran.
“Sama mas, mangga!”
Mas tukang jus itu mendadak mukanya membiru. Rada abu-abu sih. Sepertinya, dia takut sama kita-kita. Ketakutan karena dia piker kita berlima ini adalah petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang bakalan ngegusur lahan sempitnya berjualan gerobak jus.
Done! Kami menikmati segelas jus yang masing-masing udah di tangan.
“Alamak,enak banget!” Aku mengucap puji syukur karena siang itu aku masih diperkenankan oleh Allah SWT untuk menyerutup avocado juice yang rasanya meng-angkasa. Kentel,seger dan maniiiiis banget.
Aku suka banget sama jus alpukat. Sejak SMP kelas VII,aku resmi ngejadiin jus alpukat/alpokat terserah deh,sebagai list minuman favoritku di biodata yang aku tulis di lembaran-lembaran binder temen-temenku. Waktu masih SMP doang aku kayak gitu. Sekolah Masa Peng-alay-an.
“Apukat itu bikin berat badan kamu naik dengan cepet banget lho Yan!” Kata Reni.
“Iya Yan,tadi kan habis makan nasi juga. Masak karbo lagi?” Ratry ikut-ikutan.
“Emang jus alpukat karbo Rat?” Kataku dalam batin.
Bagiku, jus alpukat itu adalah kenikmatan tak tertandingi. Yang aku tau,buah alpukat,atau yang nama latinnya Persea Americana ini banyak banget kandungan ilmiahnya kalo udah dikemas dalam jus. Nih,diantara adalah sebagai berikut!
1.      Jus alpukat mengandung 70 % air, 20% lemak, sisanya adalah mineral. Ingat,mineral! Bukan min yang lain!
2.       Bagus untuk golongan darah A karena bisa banget mendorong suasana basa (lawannya asam)  dalam tubuh yang bergolongan darah tersebut.
3.      Mengandung lemak jenuh. So, jika mengonsumsi , jangan khawatir kalo bakalan naikin berat badan. Tapi,jangan kira,bias naikin popularitas juga!
4.      Mencegah terjadinya penyakit jantung,kanker,stroke dan darah tinggi. Ini bisa membantu agar jantung sehat. Untuk yang jiwanya kurang sehat dan agak soak,bias juga nih buat ngobatin.
5.      Dianjurkan untuk penderita diabetes, karena kandungan karbo dan gula termasuk sedikit tetap banyak mengandung selulosa. Wah,ternyata Ratry bener juga deh.Hehehehe
6.      Menghaluskan kulit bagi kaum wanita. Karena ada campuran vitamin A dan vitamin E. Yang pasti nggak bakalan menghaluskan makhluk halus.
7.      Mengandng zat besi yang berguna untuk meregenerasi sel darah merah. Sel darah ayam nggak lho!
“Minta dong Mon!” Eky ngerayu aku.
“Ah,nggak boleh!”
“Pelit banget sih?”
“Tapi barter ya?”
“Iya deh oke.”
“Et,system barternya,seteguk jus alpukatku dibayar sama setengah gelas jus stroberimu.”
“Hahahahaha.” Trio macan a.k.a Ratry Deby Reni ketawa kompakan.
            Behel adalah anak orang yang tergolong masih lugu banget dan juga nggak bias marah. Menurutku, sih. Tiap hari tiap saat kalo aku lagi sama dia,mau itu di kampus,di kosnya dia,atau dimana aja deh pokoknya yang aku sama dia,aku selalu menyempatkan diri untuk menyiksa dia. Dengan kedua tanganku sendiri,aku ngelakuin penyiksaan demi penyiksaan ke Eky. Nggak cukup pake tangan, aku juga memakai mulutku sendiri untuk menyiksa dia. Eits! Tunggu dulu. Maksudnya pake mulut itu sama dengan pake kata-kata atau kalimat lho! Tapi,suatu ketika aku merasa ditampar banget sama kalimat yang terlontar jujur dari mulutnya si Behel. Waktu itu aku lagi becandain dia.
            “Eh Behel bolong,kamu kok nggak pernah protes sih kalo aku siksa?”
            Dia senyum tipis,lalu ketawa sebentar.
            “Heh,dijawab kalik! Nggak nyengir gitu?”
            Waktu itu,kami lagi pada posisi duduk di atas kasur kamar kosnya Eky,bersila saling berhadapan. Tiba-tiba aja Eky meluk aku. Agak hening suasana saat itu. Saking heningnya, suara desah nafas aja nggak kedengeran. Kurang lebih acara berpelukan itu berlangsung selama 10 detik. 10 detik lama nggak sih kira-kira? Ya begitu deh pokoknya.
            “Karena aku nggak mau bikin sahabatku sedih.” Kata Eky sambil ngelepasin pelukan super mesra itu. Jujur, aku terenyuh banget denger dia secara live ngomong kayak gitu.
            Sebenernya, agak melankolis dan agak gimana gitu. Soalnya,niatanku kan cuma bercanda. Tapi, aku bias memahami kenapa dia ngomong gitu kok. Harus aku akuin, sahabatku yang hobi kentut sembarangan ini,adalah sahabat yang sama sekali nggak pernah komplen sama aku. Bahkan,dia itu seakan-akan ngalah banget sama apa aja yang aku perbuat ke dia. Dia adalah sahabat yang selalu ada disisiku mau waktu aku lagi cantik,jelek,good mood,bad mood,sampe waktu aku lagi terbakar amarah dia selalu ada buat aku. Itu tuh yang bikin dia sama kayak jus alpukat. Sama-sama selalu langsung bikin “Cesss” di hatiku.
            Aku agak salting dan bingung mau nanggepin Eky. Pada akhirnya aku lariin ke becandaan lagi aja.
            “Ciyee. Macaciiih?” kataku dengan muka berwarna warni.
            “Yuhuu.’ Kata Eky,lalu dia berdiri.
            “E eh,mau kemana?’
            “Beol.”
            “Yaaah, ngerusak suasana  so sweet aja sih beheeeeeel. Dasar tukang beol!”
            Ditinggal Eky beol, aku kepikiran lagi kalimat so sweet dia tadi. Aku ngerasa ditampar. Karena apa? Karena Eky selalu nggak melawan sama siksaan yang bertubi-tubi aku luncurkan ke diri dia. Yaaa,kembali aku ingatkan,semua siksaanku sifat dan takarannya adalah becandaan.
            Suatu hari,malem-malem,kebetulan aku belum pulang dan masih di sekitar kampus. Gentayangan gitu deh. Aku ngajakin Eky cari makan sebelum jam 7 aku ada latihan vocal di kampus. Sebelumnya,aku sama Eky udah janjian via SMS.
            “Behel,nanti habis maghriban aku ke kosmu ya? Ini aku lagi di kos Mbak Danis.”
            “Oke,sebelum jam setengah 7 ya?” Kata Eky.
            “Yuhuuu J.”
            Habis solat maghrib,aku langsung cus ke kos Eky. Sampe. Aku langsung naik (kamar Eky terletak di loteng). Sampe lokasi, si Eky,eh lebih enak panggil si Behel,masih ngebersihin mukanya pake suatu cairan. Habis itu dia dandan. Tapi, aku perhatiin selama dia dandan sampe pada akhirnya kelar,nggak ada bedanya tuh muka dia.
            “Ini mau makan dimana Mon?” Kata dia agak aneh mukanya.
 Aku lihat-lihat, dia kayak lagi bingung,lagi galau gitu deh.
“Dimana aja deh, nanti gampang. Udah dandannya?”
“Udah.”
“Perasaan,nggak tambah cantik sih?”
“Huu biarin.”
Kita berdua turun dari loteng, sampe di depan kos,pas mau ambil motor,aku lihat ada cowok yang mukanya aku kenal kayaknya. Ternyata itu si Firman. Aku langsung diem ngelihat dia ngejogrok di atas motornya sambil makan somay. Dan,aku males.
“Oh,kamu mau bareng Firman ya?” kataku ke Eky.
“Mau rapat sih Mon nanti jam 7. Tapi…”
“Yaudah,nggak papa Nyet.”
“Aduh,bentar deh aku bingung.”
“Udah,nggak papa aku sendiri aja.”
“Ya enggak,aku temenin kamu dulu makan.”
“Nggak usah. Lagian,udah mau jam 7.”
“Tapi kan Mon…”
“Duluan ya Kik!”
Aku pergi dari situ. Kejawab juga perasaanku ngelihat mukanya si Eky kayak kebingungan tadi. Oh ya,kalo aku lagi bete, lagi males,dan kurang suka sama yang Eky lakuin,biasanya aku manggil dia ‘Kik”. Aku adalah orang yang paling nggak suka kalo udah janjian sama temen,tapi tiba-tiba aja janjiannya batal gara-gara dia yang nyebabin kebatalan itu. Sempet mau kebawa emosi juga aku waktu itu. Soalnya,aku nggak suka sama si Firman. Dia itu cowok yang paling bikin aku ilfil. Nggak dari cara dia ngomong,bertingkah,semuanya deh bikin enek buat aku. Maap maap deh Fir. Jujur, keadaan perutku waktu itu lagi laper tingkat kabupaten kota madya. Laper yang udah melilit banget lah pokoknya. Dan cuma Eky yang malem itu aku tunggu-tunggu buat nemenin makan. Mbak Danis,Gembel,Mbot,Lepet, kebetulan lagi pada pergi juga. Mateng deh perutku! Kemudian,daripada kebawa mood yang jelek nanti pas latihan vocal,aku mutusin untuk bolos,dan pulang aja. Satu hal yang aku kecewain. “Kenapa sih Nyet,kamu nggak bilang aja sebelumnya,kalo kamu juga udah janjian sama cowok yang so annoying itu.
Kejadian malem itu,ngebuat aku jadi setengah marah sama Eky. Dia SMS aku,tapi nggak aku bales saat itu juga karena masih jengkelnya aku setelah ngegrepe dia akhirnya jalan sama tu cowok. Tapi, aku piker, yaudahlah. Mau yang salah siapa juga udah kejadian. Dan semenjak saat itu,aku juga kecewa dengan persahabatan kami. Huhuhuhu. Walaupun, persahabatan kami masih berumur seumuran sama jagung unyil, tapi aku kecewa banget. Setidaknya, kalo Eky punya etiket baik sama persahabatannya, dia bakal lebih milih nahan aku buat sebisa mungkin nggak pergi sendirian,dan perginya sama dia dong. Apa gitu kek. Ngehadang aku waktu aku udah naik motor gitu (kayak FTV), atau minimal dia nunjukin muka melas biar ngebuat aku terenyuh. Sayangnya,mungkin karena terlalu polosnya dia,dia cuma diem dan confusion sama dirinya sendiri gitu.
Sehari setelah kejadian itu, aku ketemu Eky di mata kuliah keroncong,jam 1 siang. Dia bersikap seperti biasanya,seolah nggak menganggap kalo kejadian semalem adalah beban bagi dia untuk bersikap wajar sama aku.
“Mon?” dia ngedeketin duduknya ke dudukku (ribet amat kalimatnya).
Mukaku flat. Bahkan aku nggak ngelihat dia sama sekali (agak acting). Aku ini orangnya nggak bias lama-lama dieman,apalagi marahan sama orang lain. Apalagi ini ngehadapin sahabatku. Sahabat yang rada oon. Oon karena mau-maunya tiap hari aku siksa.
“Maaf ya? Aku minta maaf nih.” Kata dia sok imut.
“Kik,nanti malem jadi turun?” lagi-lagi Firman nongol diantara aku dan Eky.
“Jadi. Jam 7 kamu ke kosku ya?”
“Yoman.” Kata tu cowok.
“Sok cakep banget sih lo!” kataku dalam hati.
“Mon,maafin aku ya?”
“Hmm.” Aku berdeham sekali.
“Hi,jangan gitu dong. Eh,beli jus alpukat yuk habis ini? Denger-denger Pak Kempling (dosen keroncong) kosong nih.”
“Aduuuuh,kenapa bawa-bawa jus alpukat sih si Behel? Kalo gini caranya gimana aku tahan godaan nih!” aku berbisik-bisik tetangga dalam hati.
“Kamu tu tau nggak sih kalo aku lagi ngambek sama kamu?”  Kataku ke Eky.
‘Tau kok.”
“Terus?”
“Terus,aku kan udah minta maaf? Yuk,sekarang aja?”
“Yuk kemana?”
“Beli jus lumut.”
“Ha?”
“Jus yang paling kamu cintai Monyet.”
Kalo udah urusan jus alpukat,aku seketika bias lupa sama kengambekan. Apalagi kalo jus alpukat gratisan. Akhirnya, si Behel berhasil nyantolin maaf di hatiku. Akupun bias dengan mudah maafin dia. Bukan karena jus alpukat juga sih. Tapi,karena rasanya kejadian yang lalu itu adalah kejadian labil aja. Aku terlalu kayak anak kecil kalo aku ngambek sama sahabatku gara-gara sepele gitu doang.
Aku dan Eky minum jus alpukat dengan porsi yang sama,pembikin yang sama,dan warna sama komposisi yang sama juga, tapi ada satu yang beda. Karena dia berbehel, jus alpukat punya dia jadi agak kesulitan masuk ke mulut,kalo aku bebas hambatan.
“Nanti malem mau kemana ik? (logat Semarangan).”
“Mau control behel Mon.Hehehe.”
“Oh,control behel bolong ya?”
“Enak aja,behel cantik.”
“Hoek!’ seketika aku ngejambakin rambutnya Eky. Penyiksaan dimulai lagi.
“Eh,lama banget sih minumnya?”Kataku protes.
“Suka-suka aku dong!”
“Jadi kepengen lagi nih akunya.”
“Yaudah,ini buat kamu aja ya?”
“Buat aku?”
“Yaaa.”
“Enak aja aku minum bekas gigi behel bolong. Nehi!”
“Oh gitu, Fine! tau cukup deh ya!”
“Cukup tau!”
“Ya,itu maksudnya.”
Kami berdua ketawa-tawa asik banget di stand tukang jus yang masih muda belia itu. Waktu itu,pembeli cukup rame. Dan keramaian itu nggak ngebikin aku sama Eky malu buat ketawa selepas-lepasnya. Eky kalo ketawa ngeri. Nadanya tinggi banget, volumenya juga nggak tanggung-tanggung. Dan,mangapnya,mangapnya Eky kalo lagi ketawa bias dimasukin gelas bekas bungkus jusnya deh.
“Permisi Mbak.” Rombongan 3 laki-laki mirip pengamen numpang permisi di depanku dan Eky.
“Disaat kita bersama,diwaktu kita tertawa menangis merenung oleh cinta…” Ternyata mereka beneran pengamen. Dan, selain pengamen, mereka juga pengamen yang memahami suasana banget. Jadi,mereka adalah pengamen yang so sweet.






1 komentar:

  1. enak ya sayangnya aku enggak suka dan biasanya pakai masker untuk wajah dan khasiatnya bagus :)

    BalasHapus