Kamis, 02 Agustus 2012

Oh Rasanya Ngefans



Aku sebenarnya bingung mau nulis cerita apaan. Biasanya, kalo lagi online, aku  sempetin buat buka blog, tapi ini tadi aku nggak buka. Mungkin kolaborasi antara males dan lagi nggak ada ide buat nulis, menjadi pemicunya. Sekarang ini, aku juga masih sedang mencoba untuk nulis curhat-curhatku dulu, sembari nyari ide. Alhamdulillah, setelah berusaha mikir dengan dibantu lagu-lagu boyband girld band jaman sekarang, yang mengalun asik di headset yang aku cantolin ke telinga-telingaku, ada ide yang muncul juga.
Kali ini aku ingin bercerita tentang rasanya ngefans. Pernah nggak mengalami perasaan mengagumi seseorang? Pernah tau nggak apa sih yang ngebuat kamu kagum sama orang itu? Bisa nggak jelasin secara detail kenapa kamu bisa ngefans? Dan, pernah nggak, gara-gara mengagumi, di hati kamu jadi muncul rasa yang semakin nggak bisa kamu kendaliin?
Aku, kebetulan sedang mengingat kalo dulu pernah mengalami pertanyaan-pertanyaan di atas tadi. Cerita ini aku angkat karena bukan hal yang norak, tapi layak untuk diperbincangkan. Aku akan bahas semuanya setajam silet. Silet buat ngerok ketek. Semoga tidak menyebabkan kejijian apalagi ke-ilfilan bagi anda yang baca. Aaaaamiiin.
Semua orang pasti pernah yang namanya mengagumi, atau sebut saja dengan kata ‘ngefans’. Biar kerenan dikit. Orang yang mengagumi orang, mau yang dikagumin itu golongan artis atau bukan, pasti dia merasa gembiraaaa banget kalo lagi lihat orang yang dikagumin itu, dimana pun dan dalam kondisi yang seperti apa pun. Pasti gembiranya bisa diibaratin seperti waktu upin ipin lagi dibeliin ayam goreng oleh kak Ros di tokonya si Mail yang lagi discon up to 75% . Samain aja.
Pada umumnya orang ngefans itu  hampir mirip sama orang yang lagi jatuh cinta. Ada beberapa kesamaan, antara lain seperti berikut ini kalo dibikin table

Tabel persamaan perasaan orang ngefans dan orang jatuh cinta

No
Ngefans
Jatuh Cinta
1.
2.
3.

4.
5.
Lihat, langsung histeris
Ketemu,heboh, aneh
Pingin tau apa aja yang di sukai si idola dan updatenya
Tiap malem kepikiran
Cemburu sama siapa aja yang dikabarkan deketin si idola
Lihat, bawaan bahagia banget
Ketemu, ceria, salting (aneh)
Mau cari tau yang doi suka dan biodata lengkapnya
Tiap saat kepikiran
Cemburu buta sama anang yang deket-deket apalagi centilin doi

Aku rasa dari tabel tadi, kita bisa sama-sama menilai kalo orang ngefans sama jatuh cinta ibu bedanya tipis banget. Nah ini sedikit perbedaannya (nggak usah tabel-tabelan, capek ngegarisinnya)
1.        Kalo yang ngefans cewek, yang difans-in cewek juga, pasti beda dong pengungkapannya. Cowok juga
2.        Nggak mungkin jatuh cinta kalo ngefans sesama jenis kelamin
3.        Nggak tau kalo yang homo atau lesbi
Selama perjalanan hidukpku sebagai penikmat dunia entertaiment, tentu saja aku mengalami rasanya ngefans yang mungkin bisa dibilang berlebihan. Dan sebagai seorang penghuni dunia, aku manusia yang tentu juga pernah mengalami jatuh cinta
Dulu, waktu SD, aku lebih dulu bisa merasakan jatuh cinta dibanding ngefans. Tapi, kalo jatuh cinta anak SD, yang begitulah kira-kira. Uniiik asiiik. Waktu kelas 5 SD (kalo dibayangin, unyu-unyu banget aku dulu). Tau Amel Carla? Imut ya ? Emang . Nah, jadi cowok yang membuat aku kepleset ke hatinya itu, namanya Rian. Dia anak pindahan dari kota metropolitan (Jakarta) ke desa plosok politan (desaku). Kalo nggak salah,kepindahan Rian kesini karena bapaknya dipindah tugaskan gitu deh.
Aku dulu nggak langsung menyimpulkan kalo aku jatuh cinta sama Rian. Secara, SD seberapa, sih pengetahuannya tentang jatuh cinta? Paling-paling juga taunya dari sinetron-sinetron di TV.
Awalnya, lihat Rian pertama kali, dia tinggi, nggak begitu kurus dan nggak begitu gendut, kulitnya juga bersih. Aku merasa terpesona. Semakin lama, gara-gara aku cerita sama temen sebangkuku, namanya Ika, yang ternyata ember itu, aku dan Rian diledek-ledekin di kelas. Ledekan jaman aku SD kelas 5 dulu, jijik banget kalo inget-inget lagi.
Jadi, temenku pada nulis-nulis di mejaku pake pensil. Namaku sama namanya Rian lagi jadi cover undangan pernikahan. “Dian dan Rian.”
Ada lagi yang kayak begini
“Rian CS Dian.” CS itu kependekan dari Calon Suaminya. Oh maigoss, itu kalo jaman sekarang masih ada ledekan begituan, ngeri deh.
Masih ada satu lagi
“Dian IR”. Kalian tau IR maksudnya apa? Aku jijik sekali mau ngasih taunya. Jadi, E…. IR itu… bentar, aku tutupin muka dulu. IR itu juga kependekan. Maksudnya Dian IR itu, Dian Istrinya Rian. Gilaaa. Mending nggak berangkat sekolah aja daripada tiap di sekolah, aku statusnya dirapot bukan lagi “siswi” tapi “sudah kawin”
Yaa, semakin beranjak SMP, kemudian SMA, aku udah nggak merasa jatuh cinta lagi sama Rian. Mungkin lebih tepatnya aku merasa jatuh malu gara-gara masa itu.
Sejak SMP, aku mulai merasa ngefans. Aku ngefans sama artis yang kelihatan gila banget kalo di TV. Itu  diacara apapun dan channel TV manapun. Aku ngefans banget sama Fitri Tropika. Awalnya, lihat sosok seperti itu dulu diacara komedi di trans TV, nama acaranya “Prime Time”. Itu adalah acara komedi yang paling aku nggak kuasa melewatkan buat nggak nonton.
Nggak tau kenapa dari sekian banyak artis cewek yang lebih waras dan cantik di TV, aku lebih tertarik sama Fitri Tropika. Ini adalah perasaan orang yang ngefans, yang nggak bisa menjelaskan kenapa bisa ngefans. Mungkin jawaban umumnya seperti ini;
“Aku ngefans sama Fitri Tropika karena dia lucu baik,” gitu aja.
Semakin aku ngefans, aku mulai bertingkah laku aneh. Ini adalah tahap perasaan orang yang ngefans, yang maunya bsa ngikutin gaya orang yang difans-in. Aku jadi ikut-ikutan gaya fitrop setiap perannya di acara “Prime Time” yang sekarang udah expired. Karakter lebay, sok tau dan cerewet. Semuanya secara nggak sulit, tiba-tiba aja jadi kebawa di kehidupan nyata sehari-hari ku.
Waktu itu aku kelas I SMP. Gara-gara gayaku yang niruin Fitrop, aku sempet ditegur sama sahabatku. Namanya Ismi Agustina Azizah. Aku sama dia biasa panggil-panggilannya pake sebutan “Ndeng” yang bahasa indonesiannya sejenis, coy, bro, men, gitu deh. Waktu itu sehabis pelajaran geografi, aku ngajak ismi ke kantin.
“Ndeng, kitah ke kantin yukss?” Silakan ngebayangin sepecicilan apa ekspresiku ketika melafalkan diolog diatas.
“Ndeng, kamu kenapa? Cacingan?” Kata Ismi melihatku aneh.
“Ah, nyebelin,” kataku nggak terima.
“Ndeng, kamu tu keterlaluan deh ngefansnya, sampe tidur juga jangan-jangan kelingkingmu pada ngetril gitu.” Kali ini aku makin nggak terima sama teguran sahabatku itu.
Aku memutuskan untuk ke kantin sendiri dan berjalan meninggalkan Ismi dengan muka innocence.
“Ndeng!” Ismi manggil tapi nggak ngejar aku.
Semenjak aku ngefans banget, sama Fitri Tropika, sebagian diriku jadi semakin aneh. Keanehan yang muncul itu membuatku nggak bisa mengontrol diriku sendiri. Seperti aku yang mulai berubah terhadap tingkahlakuku. Otomatis, orang yang udah kenal sama aku, jadi berubah juga menyikapi aku. Sebagian memang ada yang merasa nggak suka, ilfil, dan marah juga karena tingkahlakuku yang emang kalo aku inget-inget lagi, cukup lebay abiez. Tapi sebagian ada juga yang fine-fine aja. Malah ada temen-temen yang terhibur banget katanya karena seringkali setiap aku nimbrungin mereka yang lagi ngumpul-ngumpul, aku bercerita yang lucu-lucu, walaupun ceritanya ada yang aku karang sendiri. Tentunya, aku bercerita dengan gaya bicara yang lebay dan mimik yang seronok. Dan sahabatku, dia masuk di kubu wasit deh kayaknya. Soalnya, dia nggak pernah minta aku untuk stop niruin gaya idolaku. Menurutku, dia cuma merasa aku keterlaluan. Aku nggak jadi ngambek deh sama Ismi.
Aku menikmati peran fans yang niruin gaya idolanya kurang lebih sampai aku kelas 3 SMP. Sekarang aku masih ngefans banget sama Fitrop, tapi aku bisa lihat tempat dimana aku pantas bergaya lebay kok.
Selama menjadi fansnya Fitrop, tentu selayaknya fans, aku mengumpulkan foto-foto beliau di kamar, buku, dan handphoneku. Suatu hari, foto Fitrop yang aku tempelin di buku pelajaran sejarah, diketahui sama Bu Guru sejarahku. Fotonya, setengah mangap, kedua tangannya dipinggul, dan pake sepatu hak warna merah merona (foto Fitrop lagi ngegiring banteng pake sepatu biar masuk mulutnya kali). Aku dipanggil ke meja guru, dan dibisikin Bu guru sejarah, namanya aku ingat. Bu Eni kayaknya.
“Ini Fitri Tropikal kan?“ Kata Bu Eni
:Tropika Bu.”
“Ya itu maksud saya.” Bu Eni membela diri
Aku sedikit takut kalo gara-gara nempelin fotonya Fitrop di buku mapel yang beliau ampu, dikiranya aku nggak hormat sama beliau, karena bukan foto beliau yang aku tempelin disitu.
“Boleh ibu minta nggak?” Bu Eni wajahnya agak ancang-ancang mau marahin aku, aku pikir.
“E, boleh buk.” Jawabku agak takut
“Anak ibu juga ngefans sama Fitri Topikal soalnya”
“E, Tropika buk”
“Ya tadikan maksud saya gitu”
Aku cuma bisa berekspresi setengah senyum, yang setengahnya nahan ketawa.
“Makasih ya Dian. Sana duduk”
Sampai bangku, aku langsung tertawa tanpa suara dibalik buku LKS menutupi mukaku.
Setelah aku lulus SMP, aku terpisah dari sahabatku, Ismi. Dan sejak awal SMA aku nggak lagi bergaya ala Fitri Tropika yang kemana-mana ceria, heboh, dan pecicilan. Masa SMA ini, aku mulai merasakan perasaan ngefans lagi. Tapi kali ini bukan posisiku yang sebagai penikmat dunia entertaiment. Yang ini, bukan golongan artis, tapi kakak kelasku. Namanya Mas Wahyu. Bermula dari MOS (masa orientasi siswa), aku mulai ngefans. Mas Wahyu ini aggota OSIS yang ikut menggojlok juga. Bisa aku jelaskan sedikit, kenapa aku ngefans sama mas Wahyu. Karena da itu manis (aku lebih suka cowok manis dibanding cowok ganteng), kayaknya mas Wahyu juga cerdas, tegas dan bijaksana juga. Pandangan pertamaku memberikan penjelasan yang seperti itu.
Rasanya kali itu,aku mau menuju ke tahap kepikiran dia terus dan pengen cari tau tentang dia selengkapnya. Disaat aku sudah berhari-hari mencari tau dan mengumpulkan informasi ter update tentang mas Wahyu, dan juga aku sudah dapetin lumayan banyak, aku mergokin dia pulang sekolah ngeboncengin cewek cantik kelas 3 juga.
“Serasi banget yang mas Wahyu sama mbak Nisa.” Kata temenku yang lagi duduk di depan kelas sama temen-temen lainnya.
Setahuku, temenku yang bilang tadi, dia adalah pemasok gosip dan isu-siu terhangat dan terbaru di sekolah. Apa komentar saya melihat dan mendengar kenyataan pada saat itu? Cuma 3 kata
“Yaaah, yaaa udah.”
Lalu aku pulang dengan perasaan yang gelap. Biasanya, aku suka godain satpam sekolah kalo lagi mau nyebrangin. Biasanya juga, aku menyapa tukang siomay dan es buah yang jualan di depan SMA. Siang menjelang jam 2 itu, aku cuma menampilkan muka kusut.
Emang, sih, aku cuma seorang fans. Tapi, perasaan seorang fans kepada yang diidolakan itu, sangat sensitive. Kebanyakan, orang yang ngefans selalu berharap bisa menjalin hubungan baik secara nyata sama idolanya. Dan aku masuk di mayoritas itu.
Rasanya ngefans emang beda sama jatuh cinta. Tapi rasanya ngefans itu jauh lebih mulia lho daripada rasanya jatuh cinta. Soalnya, orang yang ngefans itu, selalu ikut seneng kalo idolanya seneng. Ikut sedih kalo idolanya sedih atau sedang diterpa masalah. Dan seorang fans, akan selalu berdoa untuk kebaikan hidup sang idolanya, yang bahkan nggak pernah bisa diketahui idolanya kalo fansnya adalah bagian dari kesuksesannya. Dimata seorang fans, melihat orang yang dia idolakan tersenyum aja, itu adalah kebahagiaan yang luar biasa banget buat dia. Beda, kalo jatuh cinta rasanya hanya selalu pinginnya memiliki.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar