Kamis, 14 Juni 2012

Tiba-Tiba Suka Masak



Seminggu sudah aku stay di rumah dan nggak pergi keluar sama sekali, kecuali buang sampah yang emang haru jalan sedikit keluar rumah. Yang aku maksud,aku nggak pergi keluar yang berdandan rapi,dan bawa motor gitu. Jangankan ke mall, ke pasar kecil yang jauhnya 100 meter dari rumah aja, males. Seminggu full aku Cuma di rumah kayak dipingit. Kegiatanku kalo pagi, setelah ayah,ibu, dan adek-adekku sekolah (ibu ayah guru), paling-paling aku nonton tv, sesekali gebuk-gebukin kasur yang itu aku anggap satu buah set drum, trus makan,minum,ke wc,dan tidur-tiduran. Itu udah jadi rutinitas.
Belakangan, aku kegep ayah, waktu udah jam 12 siang aku belum juga mandi.
‘Kamu tu cewek, jam seginibelum mandi? Amit amit.’ Begitulah kira-kira omelan singkat ayah.
Aku nggak bales. Lalu ayah bilang, ‘Kok nggak bales?’
Aku bilang, ‘Ayaaah. Aku nggak punya pulsaaaa.’
Ayah diem,aku diem. Beberapa menit kemudian, aku masuk kamar, ambil handuk,dan jalan menuju kamar mandi. Ternyata di dalem lagi ada orang.
‘Bentaaaar,lagi eek.’ Ternyata suara ayah yang sedikit berteriak dari arah dalam kamar mandi.
Aku gedor aja pintunya.
‘Cepetan yah,katanya suruh cepet mandi? Ayo dong, cepetaaan.’ Aku sedikit puas mengerjai ayah. Tapi, aku sama sekali nggak ada niat untuk ngerjain orangtua lho ya. Adek-adek yang lagi di rumah, jangan sekali-sekali meniru adegan di dialog tadi ya?
Setelah mandi, aku ngelamun sbentar. Aku berganti pakaian. Sepertinya rasa bosan mulai menggerogoti waktu yang dianugerahkan Allah kepadaku. Seakan aku merasa, Cuma hal-hal yang nggak berguna yang rutin aku lakukan sejauh ini, ya seminggu di rumah. Aku keluar kamar lalu menonton televisi. Siang itu, ibuku belum pulang, jadi,untuk mengantisipasi rasa lapar,aku menonton acara yang berbau masak-masak atau makanan gitu. Waktu itu aku lagi nonton acara Kokicilik. Biarpun udah gede gini, aku suka nonton acara-acara anak kecil dan acara yang presenternya anak kecil. Apalagi kecentilan presenter Kokicilik yang waktu itu (aku lupa namnya), ngingetin ciliknya aku dulu banget.
Berawal dari nonton acara masak-masak dan makanan, aku jadi tergugah untuk bias masak makanan yang enak. Hari-hari berikutnya, aku jadi sering nonton acara-acara seperti itu.
Pada suatu hari, aku di rumah sendirian,dan aku merasa lapar sekali saat itu. Apesnya, Cuma ada nasi di rumah. Aku buka kulkas, beruntung banget aku nemu 2 butir telor, tempe sepotong, daun bawang, kacang panjang, dan sebujur jagung yang udah direbus. Dengan niat yang nekat tapi pede aja, aku mau memasak sesuatu. Alhamdulilah yah.
Pertama-tama aku membaca doa sebelum masak, yaitu ‘Bismillahirrohmaanirrohiim. Aaaamiin.’
Seselesainya baca doa, aku siapin pisau dan tatakan buat motongin bahan-bahan. Aku potong kacang panjang dulu, kira-kira panjangnya sekelingking, lalu aku rebus dulu itu kacang tangan panjang, e, kacang panjang maksudku. Sambil nunggu rebusan kacang yang udah aku mutilasiin tadi empuk, aku mutilasi tempe kecil-kecil, seukuran kalo mau diolah jadi kering tempe gitu deh. Lalu setelah selesai mutilasiin tempe, korban berikutnya adalah jagung. Aku iris-iris dari atas ke bawah. Gimana ya mengilustrasikannya? Bingung. Ya pokoknya diiris sampe jagungnya bercerai berai deh.
Ketika kacang panjang udah empuk, aku angkat dan aku tiriskan. Tempe, aku goring sampe kering kerontang. Sesudahnya, aku siapin minyak buat menumis jagung. Setelah kayaknya udah panas minyaknya,aku buru-buru masukin irisan jagung ke wajan yang ada minyak panasnya itu. Ada letusan yang timbul tetapi tidak menimbulkan gempa tektonik. Dengan menggunakanhelm,lalu aku mengambil penutup wajannya hati-hati.  Aku buat penutupnya itu jadi tameng biar nggak kena letusan, lalu aku memasukkan tempe,kacang panjang, kemudian irisan daun bawang,2 cabe yang udah aku potong tipis, dan tidak lupa,bawang merah bawang putih irisan, garem,dan masako rasa sapi. Setelah agak setengah mateng,aku masukin 4 sachet saos. Aku aduk semua bahan merata.
Nungguin sebentar, aku mendadar 2 buah telor yang aku kasih  masako rasa ayam. Setelah mateng telornya, aku potong kotak-kotak kecil,lalu aku ikutin ke wajan yang satunya lagi tadi,yang ada kacang panjang dan kawan-kawannya tadi. Aku matiin kompor,lalu aku aduk pelan semua bahan yang berkolaborasi di wajan itu. Voila, akhirnya jadi juga.  Tapi aku masih galau ngebikin nama buat masakan ini. Tumis spektakulertempe,jagung, kacang panjang,telor. Kayaknya kepanjangan banget deh.Setelah pertimbangan yang mantap, akhirnya aku punya nama yang cocok. ‘ Yeahh, Tumis Narsis.’
Tentunya,karena perut udah RnBan, aku bergegas ambil piring,sendok,garpu,dan air minum. Nyammmmm. Masakanku nggak seburuk wajahku. Ini enak banget. Aku aja kaget dengan rasa masakan yang aku gubah sendiri ini.
‘Gila, enak banget.’ Kataku bangga.
Besoknya, pagi-pagi sebelum anggota keluargaku pada berangkat sekolah semua, aku bangun agak pagian dari ibu. Aku masak. Bukan karena pengen pamer sama ayah kalo aku nggak Cuma bisanya nonton tv,tidur-tiduran, dan makan aja, tapi emang karena aku pengen buktiin kalo aku bisa masak makanan yang enak (sama aja). Beda dikit lah. Bedanya, bukan Cuma ke ayah aku mau pamer, tapi ke ibu dan adek-adekku juga.
Dengan komposisi bahan yang sama, aku masak Tumis Narsis lagi pagi itu. Dan, setelah mateng, aku bersyukur banget, masakanku laris manis tanjung perak. Begitu tau masakanku dihabisin sekeluarga, aku masuk kamar, aku loncat-loncat di kasur, mangap-mangap bahagia tapi nggak ada suaranya. Persis Shinta-Jojo yang lipsing Keong Racun. Kalo aja aku rekam kelebayanku saat itu dan aku share ke youtube, pasti aku langsung jadi artis youtube yang fenomenal.
Karena efek sering nonton acara masak, dank arena dipicu sama ayah yang ngremehin ,ngatain aku Cuma nganggur enak-enakan di rumah, jadilah timbul hobi yang dating tak diundang pulang nggak tau jalan. Bukan Cuma sekali dua kali aku masak buat konsumsi public (maksudku keluargaku), aku jadi sering banget  masak sendiri tanpa campur tangan ibu. Kalo harus aku tulisin juga bermacam-macam masakan yang berhasil aku bikin, maaf banget, seharian waktu anda akan terbuang  buat baca cerpen ini. Lagipula, untuk ngetik komposisi,alat,bahan, dan cara memasak, akan sangat membuat tangan kejang-kejang. Mungkin aku sebutin aja judul masakan-masakannya, dan silakan berimajinasi seperti apa aja boleeeh.
Setelah Tumis Narsis launching, ada lagi masakan yang kata adek-adekku, laziz, namanya Daging Blender Tembem. Lalu masakan berikutnya, yang lulus uji kelayakan dimakan olehBadan Peneliti Makanan Rumah Tangga Keluarga (BPMRTK), yang diketuai oleh ayahku, dan beranggotan 3 profesor-profesornya, yaitu ibuku dan kedua adek kembarku,nama masakannya adalah Kacang Pendek Sambal Asin. Kata keluargaku,rasanya, Mak Nyuuss. Kemudian rentetan masakan lainnya yang terbukti enak dan layak makan adalah, Bakwan Tempe Gendut, Sayur Kesegaran Jasmani, Tahu Bule Oseng Asik, Telor Bahenol, Ikan Asin featuring Pete Pahit, dan yang terakhir aku bikin sebelum cerpen ini jadi, namanya, Sop Wonder Woman. Selain bikin makanan, aku juga merambah ke nyoba bikin minuman. Tapi aku Cuma berhasil bikin 3 macam minuman enak,sih. Yang pertama, Nangka Juice with Gula Merah, habis itu aku bikin lagi, The Asem Aduhai (ini kayak nama warung remang-remang banget ya). Dan, yang terakhir, namanya, Jahe in Love.
Yaa, emang aku nggak punya basic dan Cuma iseng aja modalnya. Tapi ,nggak buruk kok. Semua masakan dan minuman yang aku pernah produksi sendiri, dijamin halal. Kalo untuk urusan enak nggak enaknya, tergantung jenis lidah dan amal ibadahyang mencicipinya deh.
Ibuku pernah bilang sama aku begini, ‘Nok, masakanmu enak, tapi sifat pemalasmu itu nggak enak.’
Emang,sih,aku akui, sebagai seorang cewek, supaya jadi wanita, harus enak dulu luar dalem. Biasanya kebanyakan bilangnya, ‘ Cantik luar dalam.’ Kalo cantik tapi nggak enak dipandang,sama aja dong? Siapa tau kan,barangkali ada,orang cantik,tapi ingusan,atau orang cantik tapi tonggos, atau lagi, orang cantik tapi ileran,malah jadi nggak cantik jatuhnya. Maksudku cewek harus enak luar dalam itu, tampilan luarnya yang berupa fisik, enak dilihat secara cacat enggaknya itu orang dan ekspresi-ekspresinya dia. Nah kalo dalamnya, ya meliputi sifat-sifatnya dia, pengetahuannya dia, danhatinya dia. Memang,sih, aku nggak bisa menerangkan secara detail, tapi setidaknya marilah kita mengira-ngira sendiri sendiri (ngeles,padahal bingung gimana neranginnya).
Sebagai cewek, kebiasaan memasak emang perlu buat proses pendewasaan menjadi seorang wanita, yang nantinya akan menjadi seorang ibu. Tapi, kebiasaan itu tidak diwajibkan sebenarnya. Tergantung pada kesadaran dan suka nggak suka orang aja. Beruntung sekali, aku sedikit punya kesadaran dan mulai menyukai kebiasaan tersebut. Jadi, aku sudah mengantongi satu poin untuk menuju level selanjutnya proses pendewasaan menjadi we awa en ini te ata, wanita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar